K.H.
Dr (HC) Hasyim Muzadi mengajak Muhammadiyah dan NU untuk bekerjasama
mewujudkan cita-cita pendiri bangsa, dalam Dialog Kebangsaan Konvensi
Nasional Indonesia Berkemajuan yang diadakan di Sportorium Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Senin malam (23/5). Dalam wawancara singkat
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 1999-2010 mengatakan
perlunya NU dan Muhammadiyah bersinergi untuk
membendung komunisme dengan menguatkan pagar politik, agama, dan
membantu meningkatkan serta menyetarakan kesejahteraan bangsa.
“Problemnya
adalah, pergerakan komunisme menyusup dengan memanfaatkan keadaan
negara yang tidak stabil. Seperti pecahnya kabinet, itu merupakan
bukti bahwa mereka masih punya kekuatan”, jelas Hasyim, saat
diwawancarai seusai Dialog Kebangsaan, Senin malam (23/5). Hasyim
menjelaskan bahwa pagar politik mampu membendung ajaran atheisme,
sehingga Muhammadiyah dan NU sebagai organisasi masyarakat yang
berlandaskan nilai-nilai islam mampu memberikan pendidikan agama lebih
mendalam.
Ketidakstabilan
perpolitikan Indonesia menjadi salah satu celah kembalinya ideologi
komunis. Kondisi yang dialami Indonesia saat ini adalah
politik digunakan sebagai manuver yang sengaja diciptakan untuk menarik
perhatian dan sekedar demi kepentingan. Indonesia kehilangan pemimpin
dan yang ada hanya pejabat.
“Untuk
menjadi pejabat butuh kendaraan partai politik, untuk menang dalam
kontes politik butuh menggunakan manuver agar mendapat perhatian
publik,” jelasnya.
Dalam
dialog yang bertajuk ‘Mewujudkan Cita-Cita Pendiri Republik: Perspektif
Sosial, Ekonomi dan Politk’ ini, Hasyim juga mengkritisi Hak
Asasi manusia (HAM) yang menurutnya saat ini hanya digunakan sebagai
salah satu alat manuver politik. Padahal dalam UUD 1945, para pendiri
bangsa sudah mengatur HAM secara proporsional. Sehingga, HAM saat ini
harus dikembalikan lagi sesuai amanat konstitusi.
“HAM harus segera dikembalikan sesuai dasar negara Pancasila dan UUD 1945, jika tidak akan menjadi predator
movement, bukan sebagai dasar humaniter,” tegas Hasyim. Dirinya
menyayangkan ketika dasar negara dikhianati demi kepentingan politik.
Dalam
dialog yang juga dihadiri oleh Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif, MA dan
Prof. D. Jimly Asshidiqie ini, digagas ide-ide untuk memurnikan
lagi konstitusi Indonesia.
Para tokoh berharap, hasil konvensi ini mampu diselenggarakan oleh
pemerintah demi kemakmuran rakyat madani.
Post a Comment