Mantan ketua umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2010,
M.
Busyro
Muqoddas,
S.H.,
M.Hum. memberikan
kritik terhadap demokrasi yang tengah berjalan di Indonesia dalam sesi
panel Konvensi
Nasional Indonesia Berkemajuan yang berlagsung di Ruang sidang AR.
Fachrudin B Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (24/5). Dalam
sesi panel yang bertajuk ‘Demokrasi, Politik Pemerintahan dan Penegakan
Hukum’ ini, Busryo menyampaikan bahwa tingkat demokrasi
yang tinggi akan diiringi dengan tingkat korupsi yang tinggi pula.
Menurut Busyro hal itu diakibatkan oleh terdistorsinya nilai-nilai
kebangsaan dalam praktik demokrasi pada politik negara.
“Terdapat ketimpangan dalam hubungan
state, private sector, dan civil society organizations. Saat ini yang terjadi adalah dominasi peran antara negara dan
private sector, hal inilah yang mereduksi nilai-nilai demokrasi
pada tataran negara”, jelas Busyro. Busryo menambahkan bahwa peran
masyarakat madani diabaikan oleh negara, padahal peran masyarakat madani
justru mampu
menguatkan kedaulatan bangsa dengan mempengaruhi kebijakan negara.
Fungsi
legislatif sebagai hasil dari proses demokrasi juga turut menjadi
kritik Busyro. Ia memandang
saat ini Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengalami pergeseran fungsi yang
lebih condong berperan sebagai alat politik partai politik dibanding
sebagai dewan perwakilan yang mewakili rakyat.
“Sejak
rezim orde baru hingga sekarang terjadi intervensi penguasa terhadap
DPR dan partai politik,
sehingga kontribusi DPR secara riil belum bisa dirasakan dibanding
dengan kontribusi partai politik yang sarat dengan kepentingan,”
ungkapnya.
Diakhir panel, Busyro menyampaikan rekomendasi penting untuk demokrasi yang ideal bagi bangsa
Indonesia. Ia menekankan pentingnya kembali pada sumber moralitas bangsa yakni Pancasila dan
preambule UUD 1945.
“Perumusan
tafsir Preambule UU 1945 dan perumusan paradigma kehidupan berbangsa
perlu dilakukan.
Penyusunan strategi yang mensirnegikan pemerintah, DPR dan juga civil
society juga wajib dilakukan demi Indonesia yang berdaulat”, jelas
Busyro.
Post a Comment