Himpunan Mahasiswa Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam (HMJ KPI) Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta yang bekerjasama dengan Khanza Film Production,
menghadirkan aktris sekaligus pendakwah,
Pipik Dian Irawati yang dikenal dengan sebutan Umi Pipik, serta seorang
tuna netra penghafal al qur'an yang masih berusia 10 tahun bernama
Panca Rahmati, dan Agus Riyanto selaku produser eksekutif film Surga
Menanti, yang merupakan seorang alumnus Teknik UMY.
Dalam penyampaian tausiyah dan bincang film tersebut, Umi Pipik
menyampaikan bahwa pendidikan anak harus dimulai sejak dini, yaitu sejak
anak masih berada dalam kandungan.
"Supaya anak memiliki
moral yang baik, maka ibu harus mempersiapkan pendidikan anak sejak anak
belum dilahirkan, yaitu ketika masih berada dalam kandungan. Ini karena
anak telah dapat mendengar dan merasakan apa
yang dilakukan oleh ibunya. Sehingga ketika telah lahir, anak akan
terbiasa dengan apa yang dilakukan ibunya ketika mengandung. Orang
tualah pembentuk moral anak," ungkapnya saat mengisi acara tersebut,
pada Rabu (25/5) di Plaza boga UMY.
Dalam penyampaiannya, Umi
Pipik menggambarkan bahwa banyak orang tua yang menginginkan anaknya
memiliki moral yang baik dan prestasi yang membanggakan, namun sayangnya
hanya sedikit saja orangtua mengajarkan moral
yang baik untuk diikuti oleh anak-anak mereka. Terlebih saat ini moral
anak telah dipengaruhi oleh film-film yang justru tidak ada nilai
moralnya. "Film saat ini sangat miris, banyak adegan adegan yg tidak
sesuai dilihat oleh anak dan tidak ada pesan moral.
Mirisnya, film film itu justru banyak ditonton oleh jutaan orang,"
kecamnya.
Oleh karena itu, dengan
diadakannya film yang berjudul Surga Menanti tersebut Umi pipik
menyampaikan bahwa dalam film tersebut banyak menyimpan pesan moral yang
pantas disajikan untuk kondisi moral anak bangsa
yang semakin memprihatinkan. "Kami ingin menghadirkan film yang
memiliki banyak pesan moral di dalamnya. Bahkan memberikan pesan kepada
orangtua untuk bisa mendidik anak-anaknya dengan baik," jelasnya.
Umi Pipik menambahkan
bahwa dalam film ini menggambarkan orang tua yang menginginkan anaknya
menjadi seorang hafidz qur'an. Orangtua menekankan kepada anaknya bahwa
jika berhasil menjadi penghafal al-qur'an, akan
diberikan mahkota kehormatan di Akhirat kelak. Motivasi yang diberikan
oleh orangtua tersebut, menjadikan anak yang diperankan oleh Panca,
ingin meluluskan keinginan orang tuanya. "Suatu saat nanti, jika anak
berhasil menghafal, akan memberikan mahkota kepada
orangtuanya. Inilah yang menjadi pacuan semangat anak untuk menjadi
seorang hafidz qur'an. Meskipun dalam film ini juga menceritakan sosok
hafidz cilik yang memiliki keterbatasan penglihatan, namun tetap
memiliki keinginan menjadi penghafal al qur'an," tambahnya.
Dengan diadakan bedah film
tersebut, Umi Pipik berharap dapat langsung mensiarkan al qur'an dan
memberikan arahan langsung kepada remaja untuk menonton film yang
memiliki nilai moral yang baik. "Kami masuk ke sekolah-sekolah
dengan tidak langsung mensiarkan al qur'an, dan memberikan arahan
tontonan yang memiliki pesan moral yg baik untuk ditonton. Selain itu
juga memotivasi dan memberi pacuan kepada siapapun agar tidak malu
membawa al qur'an, membaca, bahkan menjadi seorang hafidz.
Seharusnya yang malu itu adalah kita memiliki kelengkapan jasmani,
namun tidak mampu menjadi penghafal al qur'an," ungkapnya dengan
mencontohkan sosok tuna netra hafidz cilik, Panca.
Diakhir acara Umi Pipik
memberikan pesan kepada peserta yang hadir untuk selalu mengingat akan
dua hal. Kedua hal tersebut adalah mengenai kebaikan dan keburukan yang
dimiliki orang lain maupun diri sendiri. "Ingatlah
dua hal agar kita selalu menabur kebaikan dalam ketaatan. Pertama
adalah ingatlah kebaikan orang lain, bukan keburukan. Ini agar tidak
muncul kebencian yang dapat mengotori hati. Kedua yaitu lupakan kebaikan
yang kita miliki, dan selalu mengingat keburukan
yang ada dalam diri kita. Ini agar tidak muncul sifat riya yang dapat
mengikis iman," pesannya.
"Setiap kita berjalan dan
perjalanan kita adalah musafir. Sedangkan setiap pemberhentian kita
dalam sebuah perjalanan,di situlah kesempatan untuk menabur kebaikan
sebagai bekal ketika di akhirat. Jadikan tempat
pemberhentian sebagai bekal untuk diri kita," tutup Pipik
Post a Comment