Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali mengadakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) bagi mahasiswanya di Pulau Sebatik. Program KKN yang akan
dilaksanakan pada tahun 2016 tersebut merupakan
lanjutan dari program pertama yang telah dilaksanakan pada tahun 2015.
KKN tematik pada sebelumnya yang bertemakan “Pemberdayaan Masyarakat
Perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik melalui Program
Sinergitas Ekonomi Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Penguatan
Karakter Pemuda Berbasis Moral dan Intelektual,” berhasil terlaksana
dengan baik. Keberhasilan pada KKN sebelumnya, ditandai dengan
keberhasilan tim KKN UMY dalam memberdayakan beberapa sektor yang
terkait pendidikan, ekonomi, menginisiasi desa bebas narkoba,
serta pemberdayaan pemuda di kecamatan Sebatik Tengah, dengan fokus
pada Desa Aji Kuning dan Desa Maspul. Keberhasilan tersebut akan
dilanjutkan oleh 25 tim KKN UMY berikutnya yang tergabung dalam
Komunitas Generasi Bakti Negeri (GBN) pada dua desa yang berbeda.
Hal
tersebut seperti yang dipaparkan oleh Novriansyah Gunawan selaku ketua
tim KKN melalui rilis yang diterima oleh Biro Humas dan Protokol (BHP
UMY) pada Jum'at (15/7). Dalam rilisnya, Novriansyah
mengatakan bahwa program KKN lanjutan tersebut mengusung tema
“Optimalisasi Potensi Sosial – Ekonomi, Sosial – Budaya, Sosial –
Teknologi berbasis moral dan intelektual,” dengan memfokuskan di Desa
Bukit Harapan dan Sungai Limau. “Sebatik Tengah yang terdiri
dari beberapa desa yaitu Desa Aji Kuning, Desa Maspul, Desa Sungai
Limau, dan Desa Bukit Harapan, memiliki sumber daya yang berlimpah namun
belum mampu dimanfaatkan sepenuhnya. Selain itu, susahnya memperoleh
air bersih menjadi permasalahan yang cukup krusial
bagi masyarakat Sebatik Tengah,” paparnya.
Novriansyah
melanjutkan, permasalahan yang cukup pelik tersebut menjadi salah satu
faktor penyebab kurangnya pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
oleh masyarakat Sebatik, serta minimnya
informasi mengenai pengolahan sumber pangan mentah. “Secara umum desa
yang akan kami tempatkan (Desa Bukit Harapan dan Desa Sungai Limau, red)
memiliki permasalahan yang relatif sama. Terkait akses menuju ke sana
masih sulit ditempuh, serta kejahatan lintas
batas rawan terjadi. Adanya penyelundupan barang-barang illegal dan
bahkan narkoba mudah memasuki kawasan yang berbatasan langsung dengan
Malaysia ini,”lanjutnya.
Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, Tim KKN UMY periode ke dua
menganalisis permasalahan di kedua desa dengan 4 program pokok dan 13
sub-program. Keempat program pokok tersebut diantaranya
program pendidikan, program ekonomi kreatif, program IPTEK, serta
program khusus Sekolah Tapal Batas. “Empat program pokok tersebut
masing-masing kami jabarkan menjadi sub program. Seperti untuk
pendidikan kami memberikan perhatian pada pendidikan moral, intelektual,
kesehatan. Untuk program ekonomi kreatif salah satunya kami
menginisiatif pengolahan bahan mentah, desa ramah sampah, serta tabungan
pendidikan keluarga. IPTEK kami mengajarkan mengolah air bersih,
program jurnalistik. Terakhir kami akan mengadakan program
intensif khusus bagi Sekolah Tapal Batas (Sekolah para anak buruh
migran Indonesia di Malaysia, red). Program-program tersebut juga kami
susun berdasarkan hasil riset dan pengamatan tim kami yang diterjunkan
sebelumnya selama dua bulan,” jelasnya.
Novriansyah
juga menambahkan bahwa untuk mengupayakan program KKN tersebut
terlaksana dengan baik, membutuhkan dukungan dan kerjasama dari berbagai
pihak dan instansi terkait, serta masyarakat
luas untuk dapat membantu pelaksanaan program sebagai bentuk kepedulian
terhadap wilayah 3T (Terluar, Terdepan dan Tertinggal). “Harapannya
dengan adanya program-program tersebut dapat mendorong terwujudnya
Sebatik sebagai daerah potensial pariwisata, serta
memberikan pemahaman terkait upaya pemanfaat potensi alam, pemahaman
kesehatan, maupun bahayanya narkoba kepada masyarakat Sebatik,”
harapnya.
Post a Comment