Perubahan
teknologi komunikasi yang berlangsung dengan cepat, menuntut masyarakat agar
tidak ketinggalan tren. Masyarakat harus mudah beradaptasi dengan mendapatkan
informasi melalui internet maupun media online. Seringkali untuk mendapatkan
informasi dengan cara yang lebih cepat dan instan, masyarakat memanfaatkan
gadget dalam aktivitas pencarian informasi.
Namun di sisi lain pula, seringkali media online memberitakan perempuan dan anak dari sisi negatif. Representasi terhadap perempuan secara umumnya, lebih menonjolkan dari sisi biologis tanpa melihat perempuan secara utuh. Hal inilah yang lantas menjadikan Organisasi Nasyiatul Aisyiah (NA) yang merupakan organisasi kaum perempuan diharuskan untuk membangun isu positif di media massa terutama media online terkait isu perempuan dan anak.
Namun di sisi lain pula, seringkali media online memberitakan perempuan dan anak dari sisi negatif. Representasi terhadap perempuan secara umumnya, lebih menonjolkan dari sisi biologis tanpa melihat perempuan secara utuh. Hal inilah yang lantas menjadikan Organisasi Nasyiatul Aisyiah (NA) yang merupakan organisasi kaum perempuan diharuskan untuk membangun isu positif di media massa terutama media online terkait isu perempuan dan anak.
Pernyataan tersebut seperti yang diungkapkan oleh Dr. Trihastuti selaku
sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah saat memberikan sambutan pada Sarasehan
Komunitas Jurnalis NA. Dalam penyampaiannya, Tri mengatakan bahwa media online
seringkali tidak menampilkan perempuan secara utuh seperti sisi kecerdasan
maupun peran-peran dan pengetahuan yang dimiliki. “Banyaknya media saat ini
merepresentasikan subjek dari penampilan fisik sebagai salah satu cara untuk
merebut ruang publik. Jika dilihat dari sisi ini, perempuan seringkali menjadi
subjek untuk membangun isu media agar menjaga perhatian pembaca,” papar Tri
yang juga salah satu dosen komunikasi di UMY, Kamis (25/8) di ruang Simulasi Sidang
Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial & Politik (FISIPOL) UMY.
Tri mengatakan lebih lanjut, isu lain yang saat ini menjadi penting bagi
perempuan saat ini yaitu terkait isu pernikahan dini, serta seks pranikah.
Namun isu-isu terkait perempuan dan anak kerap tidak terlalu menyita perhatian
publik dan perlu dikawal. NA harus mampu menumbuhkan masyarakat untuk peduli
terhadap dampak dari pernikahan dini yang saat ini sedang menjadi trending
topik media massa. “NA perlu mengawal dan menumbuhkan kesadaran masyarakat
untuk peduli terkait isu perempuan melalui penekanan pada media. Untuk
menumbuhkan itu juga diperlukan kerjasama baik media nasional maupun media
asing. Karena media adalah magnet tersendiri yang sangat penting sebagai ruang
publik,” jelasnya.
Hal senada dengan juga dikatakan
oleh Ratna Puspita selaku wartawan di sebuah media cetak. Ratna mengatakan
kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai logika jangka pendek yang menyebabkan
pembuat berita terutama berita online cenderung menampilkan informasi
sensasional guna menjaga perhatian konsumen berita. “NA harus bertindak sebagai
agen perubahan melalui media massa. Terkait dalam hal isu kekerasan seksual
yang seringkali menimpa perempuan maupun anak, data statistik kerap menjadi hal
yang dilupakan. Padahal data statistik menjadi data penunjang untuk meyakinkan
pembaca,” tandasnya.
Ratna menambahkan, organisasi perempuan seperti NA harus sanggup membangun isu
yang positif dengan melakukan counter terhadap isu negatif, terutama
kaitannya dengan perempuan dan anak. “Organisasi ini selayaknya harus bekerja
keras mencerahkan publik dalam sisi perempuan dan anak melalui media massa. Ini
karena upaya untuk menumbuhkan kepedulian public hanya dapat digunakan melalui
teknologi komunikasi massa,” terangnya.
Post a Comment