Kemajuan sebuah bangsa sangat tergantung kepada
kualitas sumber daya manusia, dengan ditandai kehadiran sistem dan kultur
pendidikan yang unggul. Pada kenyataannya saat ini, 80 persen anggota muda
perempuan yang tergabung dalam organisasi Nasyiatul Aisyiyah (NA) adalah para
pendidik.
Hal ini menjadi modal luar biasa untuk melahirkan perubahan, termasuk
pada sektor pendidikan. Inilah yang membuat kiprah NA di dunia pendidikan
sangat penting dengan berkesempatan mengintegrasikan pola pengasuhan,
pendidikan dan pengawasan anak.
Pernyataan tersebut seperti yang diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Prof. Dr. Muhajir Effendy yang mengatakan bahwa barisan kaum
perempuan muda yang terkonsolidasi dalam satu gerakan solid akan melahirkan
arus perubahan dahsyat, seperti halnya Organisasi Nasyiatul Aisyiyah. “NA harus
pro aktif dalam mengabil bagian terkait peningkatan kualitas pendidikan,
terutama pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar. Ini karena berawal
dari sinilah karakter seorang anak dibentuk dan nilai-nilai keluhuran
ditanamkan,” papar Prof. Muhajir saat menyampaikan sambutan dalam rangka
pembukaan Muktamar NA ke XIII di Gedung Sportorium Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY), Jum’at (26/8).
Prof. Muhajir mengatakan lebih lanjut bahwa organisasi NA yang identik dengan
perempuan usia produktif merupakan kelebihan yang perlu diterjemahkan ke dalam
strategi gerakan dan perencanaan program-program dari NA sendiri. Dalam hal
tersebut, NA bisa menjadi penentu corak pendidikan di lingkungan keluarga. “NA
perlu merumuskan program parenting yang tepat sehingga mampu menjadi sumber
belajar dan bertanya bagi keluarga lain yang pendidikan anaknya mengalami
masalah,” jelasnya.
Pendidikan keluarga saat ini menjadi kunci bagi keberhasilan dan ketahanan
keluarga dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang unggul dan kompetitif.
Prof. muhajir mengatakan, adanya Program Indonesia Pintar merupakan satu cara
mempercepat perluasan akses masyarakat miskin dalam menikmati pendidikan yang
layak. Akan tetapi, hal tersebut sulit dicapai jika mentalitas dan
karakter generasi muda saat ini rapuh. Sehingga perlu adanya pendidikan
karakter bagi setiap generasi muda.
“Pendidikan harus menggembirakan dan mencerahkan yang tidak membebani siswa.
Pendidikan yang baik adalah yang mampu merangsang aktualisasi diri siswanya.
Diharapkan forum terhormat ini dapat melahirkan program-program bernas dan
kepemimpinan berkarakter yang mau membawa organisasi ke level yang lebih
tinggi. Selain itu saya berharap NA juga turut mengawal dan mendukung agenda
perubahan di dunia pendidikan. Tanpa keberanian dan kesungguhan dari semua
pihak, asa perubahan itu akan menguap,” harap Prof. Muhajir.
Ungkapan tersebut senada dengan pernyataan Dr. Haedar Nashir selaku Ketua Umum
PP Muhammadiyah. Haedar mengatakan bahwa NA merupakan tunas bangsa yang
memiliki cita-cita besar dalam memajukan masyarakat Indonesia. Perubahan tidak
mungkin terjadi jika dalam diri tunas-tunas tersebut tidak memiliki jiwa pikir
perubahan. Di samping dalam hal pendidikan yang NA juga turut membangun
dan menggagas pendidikan sejak usia dini, saat ini NA dihadapkan pada
problem baru dalam kasus anak-anak muda yang saat ini masih terus meningkat.
Salah satu kasus tersebut yaitu adanya pernikahan dini, kejahatan seksual,
maupun problem narkoba yang mengincar generasi muda.
“NA dalam berdakwah perlu menyasar kaum remaja. Seperti halnya tujuan strategis
NA yaitu pemetaan pada problem sosial baru, termasuk remaja putri. Hal ini
merujuk pada tujuan didirikannya organisasi ini yang merupakan mata rantai yang
terikat dan bersambung dengan Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk memberantas
kebodohan dan spirit kemajuan,” tandas Haedar.
Haedar menambahkan, kekuatan kemandirian untuk perubahan dibangun dari akar
rumput suatu komunitas. “Saya yakin NA memiliki semangat untuk membangun
Indonesia dengan kemajuan, adil, makmur, dan bermartabat. Dalam hal ini
jadikanlah modal yang dimiliki muhammadiyah untuk strategi bergerak kedepan,
karena NA merupakan tunas-tunas baru yang memerlukan pondasi moral, intelektual
yang membawa perubahan peradaban,” tambahnya.
“Tunas-tunas NA telah menunjukkan generasi yang terdidik tiap hari, kemuliaan
Islam dicari, serta bekerja digemari yang akan terus menyala dengan melahirkan
Indonesia baru yang memberi warna peradaban,” tutup haedar.
Post a Comment