Temu Tokoh Nasional
menjadi salah satu rangkaian kegiatan Muktamar yang berlangsung pada (25/8) di
Islamic Centre, Universitas Ahmad Dahlan. Temu Tokoh kali ini menghadirkan dua
tokoh nasional, yaitu Prof. Dr. Amien Rais, MA dan Rahmawati Husein, Ph,D.
Menurut Normasari, M.Hum, Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Temu
Tokoh Nasional sengaja diadakan untuk mencari inspirasi sebagai bekal mensukseskan
agenda Muktamar Nasyiatul Aisyiyah yang akan menentukan agenda-agenda penting
gerakan Nasyiatul Aisyiyah 1 periode ke depan.
Dalam forum Temu Tokoh
tersebut, Amien Rais menegaskan bahwa Islam telah jauh lebih dahulu bicara
tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Banyak perempuan telah
menjadi pemimpin, bahkan dalam skala pemerintahan, Amien mencontohkan,
Pakistan, Turki, juga Indonesia telah memilih perempuan sebagai Presiden. Di Muhammadiyah
sendiri, tandas Amien Rais, tidak ada diskriminasi antara perempuan dan
laki-laki. Menyinggung tentang Nasyiatul Aisyiyah sebagai gerakan perempuan
muda berkemajuan, tokoh reformasi yang juga Ketua MPR Periode 1998-2004 ini
kemudian menggarisbawahi pentingnya penguasaan ilmu dan teknologi, “Kompetisi
mendatang adalah kompetisi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), bangsa
yang maju adalah bangsa yang menguasai iptek, dan bangsa yang tidak menguasai iptek
akan menjadi bangsa terbelakang.”
Selain Amien Rais,
hadir pula Rahmawati Husein, Ph.D, yang saat ini menjadi unsur pengarah Badan
Nasional Penanggulangan Bencana. Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul
Aisyiyah Periode 2000-2004 ini, juga merupakan peraih penghargaan Tokoh
Inspiratif ‘Tangguh Award’ Tahun 2015 dari Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, yaitu penghargaan yang diberikan bagi orang maupun lembaga yang peduli
pada penanganan bencana. Di awal pembicaraan, ia menegaskan, “Saya besar dan
berkemajuan karena Nasyiatul Aisyiyah.” Oleh karenanya perempuan yang pernah
menjadi komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan hingga tahun 2006 ini, mendorong
kader-kader Nasyiah untuk menempa diri di Nasyiatul Aisyiyah.
Menurut Rachmawati
Husein, gerakan perempuan muda berkemajuan yang melekat sebagai identitas
Nasyiatul Aisyiyah ini mensyaratkan beberapa hal, “pentingnya kader Nasyiatul
Aisyiyah peka terhadap isu-isu yang berkembang dan berinovasi dengan ilmu dan
teknologi.” Rachmawati menyebut beberapa, isu lingkungan termasuk tambang yang
berdampak pada perempuan, juga Sustainibility Development Goals sebagai
komitmen global terhadap kelanjutan dari Millennium Development Goals
(MDGs).
Muktamar ini, ungkap
Rachmawati, dapat menjadi momen strategis bagi Nasyiatul Aisyiyah untuk menguatkan
diri sebagai organisasi berkemajuan. Ia menyebut beberapa modal berkemajuan,
tafsir baru gerakan pengembangan nilai Islam untuk peradaban, gerakan yang
dinamis dan responsif juga memberdayakan, cara berfikir yang bersifat outward looking, percaya diri dan mau
maju. Selain itu, Rachmawati menegaskan pentingnya berjejaring sebagaimana
tersebut juga dalam poin tujuan SDGs, “Nasyiatul Aisyiyah harus berjejaring dengan organisasi lain dalam skala local,
nasional hingga global.” Dengan begitu, ia berharap, Nasyiatul Aisiyiyah dapat
membuktikan bukan sebagai organisasi yang diperuntukkan bagi dirinya saja, tapi juga bagi segmen yang lebih luas.
Post a Comment