Keberadaan dan eksistensi organisasi IORA
belum disadari betul oleh kalangan mahasiswa khususnya mahasiswa di
Jurusan Hubungan Internasional. Kunjungan Sekretaris Jenderal Indian Ocean
Rim Association (IORA), H.E. Ambassador K.V. Bhagirath ke Univertas
Muhammadiyah Yogyakarta pada Kamis (15/9) tentu menjadi pencerahan bagi
mahasiswa akan kekuatan IORA. Bahkan tokoh asal India tersebut juga
menjadi pembicara dalam Kuliah Umum "Learning from the Past, Chanting the
Future." Dalam kuliah umum yang diadakan di Ruang Sidang gedung
Pascasarjana UMY, Bhagirath memperkenalkan organisasi IORA kepada mahasiswa.
Organisasi ini diikuti oleh negara-negara yang ada di kawasan laut Hindia
seperti india, Iran, Kenya, Madagaskar, Indonesia, dan 17 negara lainnya.
Bhagirath menyebutkan bahwa IORA memiliki tujuan untuk mempromosikan
keberlangsungan pertumbuhan dan keseimbangan perkembangan kawasan dan
negara-negara anggotanya. "IORA memiliki enam area prioritas utama, antara
lain maritime safety & security, trade & investment facilitation,
fisheries management, disaster risk management, academic science &
technology, dan tourism & cultural exchange. IORA juga memiliki fokus
untuk berkolaborasi dengan blok dan negara lainnya. Karena sebuah negara harus
berkolaborasi dan berkooperasi dengan negara lainnya demi pertumbuhan dan kemajuan
ekonomi negaranya," jelas Bhagirath. IORA sendiri disebut Bhagirath
memiliki fokus ke negara-negara anggota yang sedang berkembang. Terutama pada
kebanyakan negara yang berada di pesisir Afrika dan beberapa dari Asia. Karena
beberapa tersebut dinilai masih mengalami ketertinggalan ekonomi dibandingkan
dengan negara-negara lainnya. Sementara itu, Dr. Siswo Pramono, L.L.M., selaku
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia menyampaikan tentang masa depan organsiasi IORA. Ia
memandang optimis bahwa IORA merupakan organisasi yang dapat menambah kesadaran
negara-negara anggotanya untuk lebih meningkatkan potensi ekonomi. "Letak
IORA juga berdekatan dengan negara-negara yang tersandung konflik. Seperti
negara-negara di Timur Tengah dan beberapa negara di Asia. IORA kedepannya
diharapkan mampu membantu negara konflik untuk segera menyelesaikan masalah
dengan cara negosiasi dan diplomasi," ujar Siswo. Dosen HI UMY, Masyithoh
Annisa ramadhani, S.IP., M.A., menyebutkan bahwa ada persinggungan antara visi
IORA dengan poros maritim dunia yang merupakan fokus Presiden Joko Widodo saat
ini. Indonesia dinilai memiliki potensi besar sebagai poros maritim dunia,
karena secara geografis letak Indonesia berada pada titik persilangan yang
strategis. Dampak baik dari posisi strategis Indonesia disebut Masyithoh dengan
adanya Sumber Daya Alam dan Potensi tinggi yang dimiliki Indonesia. "Sedangkan
visi poros maritim dunia saat ini tengah finalisasi. Ini visi yang bagus,
tapi saat kita masuk ke ranah implementasi dari visi ini, masih banyak terjadi
hal-hal yang overlapping antar stakeholders, pembuat kebijakan, mereka masih
belum ada satu komando, mau kemana sebenarnya poros ini," jelas Masyithoh.
Dosen HI ini menilai bahwa visi poros maritim dunia ini harus memiliki
konektivitas maritim (maritime connectivity). Dan hal tersebut mencakup
antara lain di bidang ekonomi atau blue economy, dan juga di bidang
keamanan (security), di bidang kebudayaan maritim (maritime culture) dimana
tidak hanya pemerintah atau pejabat yang mengetahui visi itu tetapi juga sampai
pada level masyarakat. "Dan juga kerjasama di bidang pendidikan atau
academic exchange di bidang maritim ini. Dan ini merupakan salah satu
pondasi untuk membangun kultur atau budaya maritim," tambah Masyithoh.
Masyithoh melihat bahwa visi poros maritim dunia
sangat bagus, namun menurutnya pemerintah harus menentukan langkah yang lebih
jelas. Bukan hanya visi saja tanpa adanya implementasi, namun pemerintah harus
memperhatikan kepada praktik di lapangan yang ada. "Harapannya dengan visi
poros maritim dunia, masalah seeprti IUU (Illegal, Unreglated, Unreported)
Fishing, penjarahan dan pencurian di lautan, menjadi lebih terselesaikan. Dan
ini yang menjadi salah satu tantangan bagaimana menjadi poros maritim
dunia," tegas Masyithoh.
Post a Comment