Dewasa ini kenakalan remaja di indonesia masih meresahkan
masyarakat. Kebanyakan remaja berstatus sebagai pelajar adalah individu yang
mengalami transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Perubahan ini mendorong
remaja untuk mencari jati dirinya, dan akan muncul perubahan perilaku sesuai
dengan yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Salah satu
faktor internal yang diperkirakan berpengaruh terhadap dorongan kenakalan
remaja adalah nilai religiusitas remaja. Ini menunjukkan bahwa religiusitas
mempunyai sumbangan yang paling besar terhadap kecenderungan perilaku remaja.
“religiusitas pada diri remaja diasumsikan jika remaja memiliki religiusitas
rendah, maka dorongan untuk melakukan perilaku nakalnya tinggi. Sebaliknya
semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah tingkat dorongan untuk
melakukan kenakalan pada remaja. Ini membuktikan bahwa ajaran agama yang
dianutnya sebagai tujuan utama hidupnya. Sehingga para remaja tersebut berusaha
menginternalisasikan ajaran agamanya dalam perilaku sehari-hari,” ujar sahrudin
saat menyampaikan hasil penelitian disertasi pada sidang promosi doktor,
sabtu (1/10) di ruang sidang gedung pascasarjana umy lantai 4. Berdasarkan
hasil penelitian yang berjudul “peran konsep diri, religiusitas, dan pola asuh
islami terhadap kecenderungan perilaku nakal remaja di sma kota cirebon,”
sahrudin menyebutkan bahwa religiusitas memiliki peran aktif dan menyumbangkan
lebih besar terhadap kecenderungan perilaku remaja. “berdasarkan penelitian
kepada 221 siswa dan siswi di salah satu sma di cirebon, sumbangan
religiusitas pada perilaku kenakalan remaja sebesar 42,35 persen. Sementara itu
berdasarkan skala dalam data penelitian lainnya yaitu sumbangan konsep diri
sebesar 22, 80 persen, dan pola asuh islami sebesar 9,15 persen. Ini
menunjukkan bahwa sumbangan religiusitas terhadap kecenderungan perilaku remaja
lebih besar untuk kecenderungan perilaku remaja,” sebutnya. Sahrudin
melanjutkan bahwa adanya sisi religiusitas berfungsi untuk mengikat seseorang
dalam hubungan dengan tuhannya, sesama manusia dan alam sekitarnya.
“religiusitas pada umumnya memiliki aturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan
oleh pemeluknya. Hanya saja perasaan keagamaan dan pemikirannya berbeda-beda
menurut tingkat kehidupan dan pendidikan yang menyebabkan mereka menyimpang
dari ajaran agama itu sendiri,” paparnya. Dosen universitas nahdlatul ulama
cirebon tersebut menjelaskan lebih lanjut bahwa faktor lain dari pentingnya
menanamkan religiusitas pada remaja, sahrudin menyebutkan rendahnya konsep diri
remaja dapat mempengaruhi dorongan kenakalan remaja. “konsep diri terbentuk dan
berkembang berdasarkan pengalaman, interpretasi dari lingkungan, maupun
penilaian oranglain. Remaja yang memiliki konsep diri yang positif, akan mampu
dan mengatasi dirinya memperhatikan dunia luar, dan mempunyai kemampuan untuk
berinteraksi sosial,” jelasnya. Setelah melakukan penelitian kenakalan remaja
pada sma di cirebon, sahrudin berharap dengan adanya sisi religiusitas pada
diri pribadi remaja dapat mengurangi kenakalan remaja di indonesia. “dalam hal
ini dengan adanya religiusitas, nilai-nilai ajaran agama diharapkan dapat
mengisi kekosongan batin pada diri remaja. Sehingga selanjutnya remaja dapat
menentukan pilihan perilaku yang tepat sesuai dengan norma dan ajaran agama,
serta dapat menghindari perilaku yang menyimpang,” harapnya.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment