Peradaban dunia saat ini banyak disebutkan oleh para pakar sebagai
peradaban dunia yang tidak punya kepastian. The world of disorder, the
world of uncertainty, bahkan ada pula yang menyebut bahwa tengah terjadi
pergeseran besar dari peradaban dunia. Hal tersebut terjadi karena dunia saat
ini menganut sistem yang berpangkal pada liberalisme, humanisme sekuler,
ekonomi neoliberal, yang sesungguhnya anti tuhan dan terlalu menganggap
manusia sebagai pusat kehidupan yang serba bisa dan serba kuasa. Karena itulah
Prof. Dr. KH Muhammad Sirajudin Syamsudin, MA atau yang akrab disapa Prof. Din
Syamsudin memberikan dua solusi untuk menghadapi pergeseran peradaban dunia
tersebut. Menurutnya, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang dimiliki oleh
Indonesia bisa menjadi acuan atau role model, untuk
menghadapi dunia yang majemuk saat ini. Bahkan banyak tokoh Katolik di
luar negeri yang mengapresiasi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. "Manusia
yang selalu dianggap sebagai pusat kehidupan, serba bisa, serba kuasa, yang
menyebabkan terjadinya pergeseran besar dalam peradaban dunia saat ini,
memerlukan solusi. Pertama, perlu ada nilai-nilai pengikat atau kesepakatan
untuk hidup bersama. Maka slogan semacam Bhineka Tunggal Ika dalam skala global
itu perlu dinaikkan, walaupun kita berbeda-beda bangsa dan agama, namun kita
satu. Dan sebenarnya Islam jauh sejak 1400 tahun yang lalu, sebelum adanya HAM,
telah memberikan solusi melalui Piagam Madinah yang diprakarsai oleh Rasulullah
yaitu agar bisa hidup berdampingan dan bersama. Nah inilah yang diperlukan
dunia saat ini," jelas Din Syamsudin saat menjadi narasumber Orasi
Kebangsaan dalam Milad Akbar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
ke-54 bertajuk “Meneguhkan Pancasila Sebagai Ruh Dalam Politik
Ke-Indonesiaan” pada Rabu (14/03) di Gedung Ibrahim Universitas Muhmmadiyah
Yogyakarta (UMY).
Kedua, tidak hanya slogan pengikat seperti Bhineka Tunggal Ika,
lanjut Din lagi, tapi yang bersifat ideologi seperti yang Pancasila yang
dimiliki oleh Indonesia. "Dan kalau kita dalami dengan jernih, maka
Pancasila itu sangat mencerminkan nilai-nilai agama. Semua agama di Indonesia
bersepakat dan menguatkan kesepakatannya sebagaimana yang telah diberikan oleh
para pendiri bangsa, bahwa negara kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan
Pancasila adalah bentuk final dan bentuk terbaik demi Indonesi yang bermajemuk.
Dan kedua bahwa Pancasila itu adalah kristalisasi dari nilai-nilai agama,"
papar Din yang juga pernah menjadi Ketua Umum Muhammadiyah
periode 2005-2010 dan 2010-2015. Din juga menyampaikan bahwa Pancasila
saat ini sudah final, artinya dalam aktifitas bernegara Pancasila harus terus
dijunjung tinggi sampai kapanpun. “Modal utama dalam berbangsa dan bernegara
adalah memiliki landasan seperti Pancasila. Karena dengan berkembangnya
peradaban dunia dan menonjolnya egoisme negara maka landasan seperti pancasilan
sangat diperlukan. Karena itulah mengapa dewasa ini banyak tokoh dunia yang
memberikan apresiasi pada Pancasila. Karena Pancasila itu sampai kapan pun akan
tetap cocok untuk peradaban dunia. Bahkan tokoh katolik juga mengapresiasi
Bhineka Tunggal Ika dan mengatakan bahwa itu bisa menjadi model dalam berbangsa
dan bernegara,” ujarnya
Post a Comment