Negara yang masuk dalam wilayah tropis memiliki karakteristik
sistem pertanian yang cukup berbeda dengan wilayah lainnya. Mulai dari aspek
natural seperti temperatur wilayah dan jenis tanaman hingga aspek sosio ekonomi
yang berkaitan dengan institusi dan masyarakat. Hal itulah yang menjadi fokus
bahasan dalam pertanian tropikal. Salah satu isu terkini yang perlu pula untuk
dibahas adalah bagaimana menciptakan sebuah sistem pertanian yang
berkelanjutan. Hal tersebut disampaikan oleh H.E. Songphol Sukchan, Duta Besar
Kerajaan Thai untuk Indonesia dalam pembukaan International Tropical Farming
Summer School (ITFSS) pada hari Senin (4/3) di Gedung Kasman Singodimedjo.
ITFSS 2019 tersebut merupakan kali keempat diadakan oleh
program studi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan akan
berlangsung mulai hari Senin (4/3) hingga hari Jumat (8/3). Program sekolah
musim panas tersebut diikuti oleh 25 mahasiswa-mahasiswi dari 4 negara, yakni
Jepang (13 mahasiswa), Spanyol (2 mahasiswa), Thailand (2 mahasiswa), dan
Indonesia (8 mahasiswa). Songphol menyebutkan bahwa pertanian yang
berkelanjutan harus menjadi perhatian utama bagi negara yang berada dalam
wilayah tropis, seperti Thailand dan Indonesia. "Ini karena sistem
pertanian yang diterapkan di negara kita berbeda dengan teknologi yang
berkembang di Barat. Dengan perkembangan yang ada kita harus dapat melahirkan
inovasi yang sesuai untuk menciptakan sistem pertanian berkelanjutan yang tepat
guna di wilayah tropis. Ini agar seluruh aspek yang terdapat dalam kegiatan
pertanian yang kita lakukan dapat menjadi sumber kesejahteraan, terutama untuk
negara dan masyarakat," ujarnya. Songphol menyampaikan salah satu prinsip
yang harus dipenuhi dalam sistem pertanian berkelanjutan adalah resiliency.
"Dengan cepatnya perubahan yang terjadi saat ini, harus ada persiapan
untuk dapat mengatasinya. Karenanya kemampuan untuk mengidentifikasi,
meramalkan serta mengevaluasi bahaya yang mungkin terjadi di masa depan agar
negara dapat segera pulih kembali sangat dibutuhkan. Apabila kebijakan yang
menekankan pada hal ini dilaksanakan, saya yakin tujuan kita untuk menciptakan
masyarakat yang mandiri dalam aspek pertanian akan lebih mudah terwujud,"
paparnya. "Target dari pertanian berkelanjutan adalah manfaat yang optimal,
bukan pada manfaat yang maksimal. Karenanya aspek seperti rehabilitasi,
konservasi, dan kemandirian merupakan hal yang ditekankan. Kegiatan ini
merupakan cerminan dari komitmen kita dalam memberikan solusi untuk kehidupan
yang lebih baik," tutup Songphol. (raditia)
Post a Comment