Oleh : Baharuddin Rohim
Setiap manusia pastinya memiliki fitrah untuk dimanusiakan
(memanusiakan manusia) di setiap kehidupan masyrakat baik dalam lingkup
organisasi, instansi dan ruang lingkup lainnya. Hal ini sontak membuat manusia
di dlam kehidupannya berpemahaman bahwa manusia butuh di akui keberadaannya,
potensinya, dan apapun hal baik yang ada pada dirinya sehingga upaya capaiannya
berorientasi pada nilai nilai dasar berfikir reaktif bukan lagi atas nilai
nilai dasar berfikir reflektif (reflective thinking) . Manusia tersebut
tercermin dalam diri generasi bangsa indonesia.fenomena yang hadir di tengah
generasi bngsa indonesia saat ini sungguh sungguh mencengangkan akal, bagaimana
tidak? Semua generasi bangsa ini di hambur hamburkan dengan pola hidup
konsumtif yang cenderung mengarah pada mental mental "tulalit",
mental generasi yang bertindak tidak atas dasar ilmu bahkan pula cenderung
bertindak atas dasar nilai kekinian (ikut-ikutan) mental hedonisme yang semakin
tertancap dalam pada setiap generasi bangsa ini, satu contoh akhir akhir ini
semua ummat manusia menyaksikan dengan khusuknya atas perilaku perilaku yang
amat aneh dan miris, generasi bangsa ini disibukkan dengan eksistensi "om
telolet om" yang jelas jelas esensi nyatanya menunjukkan kejumudan mental
generasi bangsa yang semakin "tulalit" nyatanya bangsa ini secara
massif di hujani dengan penindasan penindasan akal melalui alam bawah sadar dan
nampaknya bangsa ini harus ibah se ibah ibahnya melihat generasi bangsa
indonesia yang semakin hari semakin"tulalit", menjadi tugas bersama
untuk mewujudkan generasi reflektif, peka akan sosial kemasyarakatan, dan hal
ini pada dasarnya tidak bisa jauh dari peran pendidikan di bangsa ini sebagai
nilai guna karakter terdidik. Tamparan keras khususny di dunia pendidikan yang
notabene didalamnya di ajarkan nilai nilai kritis serta karakter kepribadian
yang unggul dan pada akhirnya menghasilkan generasi bangsa yang mampu hidup
bersosial, bermasyarakat dengan nilai nilai dsar kemuliaan, "pendidikan
merupakan proses sosial dimana anggota masyarakat yang belum matang (terutama
anak anak) di ajak ikut berpartisipasi dalam masyarakat, bertujuan memberikan
kontribusi dalam perkembangan pribadi dan sosial seseorang melalui pengalamam
dan pemecahan masalah yang berlangsung secara reflektif (reflective
thinking)." pungkas john dewey, berangkat dari ungkapan john dewey bahwa
ketika generasi bangsa yang telah terdidik dan mereka tidak mampu berfikir
reflektif maka sesungguhnya kepekaan sosial generasi bangsa telah terhenti dan
mati, maka seyogyanya pendidikan harus berjalan berdampingan antara teori dan
praktik yang mana anak dididik di sekolahan dengan teori dan anak di berikan
ruang praktik di lapangan (masyarkat langsung), sehingga dari jauh jauh hari
pendidikan sudah menyiapkan generasi yang peka sosial dan peka peradaban.
Terlebih sebuah proses pendidikan akan di katakan berhasil ketika mampu
menghasilkan peserta didik yang lebih matang dan peka terhadap kondisi zaman
serta mampu menjadi kekuatan terbesar dalam regulasi peradaban, "berikan
aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10
pemuda niscaya akan ku goncangkan dunia" ujar ir soekarno, begitu besar
kekuatan barisan pemuda terdidik (generasi) tentunya genrasi reflektif dan hal
ini juga wajib menjadi fokus perhatian organisasi kepemudaan dan organisasi
kemasyarakatan yang ambil bagian dari regulasi kemajuan generasi bangsa karena
generasi harus di arahkan dan perdayakan dalam ruang lingkup yg kongkret
kemasyarakatan yang massif dan aktif, memberikan ruang kreatifitas yang tidak
sekedar bersifat eventual eventual namun berpayung teduh dan bersystem.
Akhirnya menjadi tawaran solusi untuk siapapun pendidik, pemegang organisasi
kepemudaan, pemegang barisan massa pemuda, tentukan arah taktis yang strategis
untuk kemajuan generasi bangsa tentunya dengan menyiapkan generasi bangsa yang
kritis dan aktif dalam kepekaan sosial, kepemahaman sejarah peradaban, bukan
generasi bangsa yang hanya mengekor pada budaya budaya hedonisme karena baik
buruknya suatu bangsa ada pada pundak generasi bangsa.